TERBENTUKNYA ALAM MENURUT ISLAM

Proses Terbentuknya Alam Menurut Islam

Prinsip penting yang perlu kita kedepankan ketika membahas masalah azali (kejadian masa silam) atau masalah ghaib secara umum adalah tidak memberikan rincian tanpa bukti dan dalil yang shahih.Sebatas teori, tidak bisa dijadikan acuan. Karena Allah tidak akan menanyakan masalah ghaib yang kita tidak tahu dan yang tidak disebutkan dalam dalil.

Karena Allah ta’ala mencela memberikan komentar tentang masalah ghaib, yang tidak memiliki bukti.Diantaranya masalah proses penciptaan alam semesta. Dalam Alquran, Allah hanya memberikan keterangan global dan tidak rinci. Hanya dengan mengetahui secara global, tanpa menggali yang lebih rinci, itu sudah cukup bagi seorang muslim.

1.    Proses Penciptaan Alam Semesta dalam Alquran

Allah ta’ala menceritakan proses penciptaan alam semesta dalam Alquran. Ada yang bersifat global dan ada yang lebih rinci.Dalam penjelasan global, Allah menegaskan bahwa Dia menciptakan langit dan bumi selama 6 hari.Allah tegaskan hal ini di tujuh ayat dalam Alquran. Diantaranya sebagai berikut:

a)    Surat al-A’raf:54

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ

Sesugguhnya Tuhan kalian, yaitu Allah, Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam 6 hari, kemudian Dia beristiwa di atas Arsy”.[1]

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan:Allah ta’ala memberitakan bahwasanya Dia telah menciptakan alam ini, langitnya, buminya, dan apa yang ada di antaranya dalam masa 6 hari yaitu hari Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jum’at. Dan pada hari-hari itu berkumpul semua penciptaan serta pada hari itu (Jum’at) diciptakan Adam.[2]

Disamping penjelasan global, Allah juga memberikan penjelasan lebih rincin, di surat Fushilat (ayat 9 sampai 12), Dia berfirman,

b)    Surat Fushilat:9-12

قُلْ أَإِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَنْدَاداً ذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ

“Katakanlah: Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua hari dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam”.[3]

وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِلسَّائِلِينَ*

Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan penghuninya dalam empat hari. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.[4]

ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعاً أَوْ كَرْهاً قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِين*

Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglahkamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”.[5]

فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظاً ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ

Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua hari.Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya.Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.[6]

2.    Makna Kata “Hari”

Selanjutnya, kita akan memahami makna kata ‘hari’ yang disebutkan dalam berbagai ayat di atas.

Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa an-Nihayah menyebutkan perbedaan pendapat ulama tentang makna ‘hari’ dalam ayat di atas. Beliau menyatakan ada dua pendapat ulama tentang makna kata ‘hari’ terkait penciptaan langit dan bumi,

Pendapat pertama, maknanya sebagaimana makna hari yang dikenal manusia, dimulai sejak terbit matahari hingga ter-benamnya matahari. Ini merupakan pendapat jumhur (mayoritas) ulama.

Pendapat kedua, bahwa satu hari dalam proses penciptaan alam semesta itu seperti 1000 tahun dalam perhitungan manusia. Ini merupakan pendapat yang diriwayatkan dari Ibn Abbas, Mujahid, ad-Dhahak, Ka’b al-Ahbar, dan pendapat yang dipilih olehImam Ahmad sebagaimana keteragan beliau dalam ar-Rad ‘ala al-Jahmiyah.Pendapat ini pula yang dinilai kuat oleh Ibnu Jarir at-Thabari.[7]

Diantara ulama yang berpendapat bahwa satu hari sama dengan seribu tahun adalah al-Qurthubi. Beliau mengatakan dalam tafsirnya,

Dalam waktu 6 hari, maksudnya adalah hari di akhirat, bahwa satu hari sama dengan 1000 tahun, karena besarnya penciptaan langit dan bumi.[8]

3.    Bumi atau Langit Dulu?

Ada dua hal yang perlu dibedakan terkait proses penciptaan langit dan bumi, pertama, mengawali penciptaan (Ibtida al-Khalqi) dan kedua, penyempurnaan penciptaan (Taswiyah al-Khalqi).

Di surat Fushilat ayat 9 hingga 12 di atas, Allah menyebutkan bahwa Dia menciptakan bumi terlebih dahulu sebelum langit. Sehingga, secara Ibtida al-Khalqi, bumi lebih awal dibandingkan langit.Namun penyempurnaan bumi (Taswiyah al-Khalqi), baru dilakukan setelah Allah menciptakan langit.

Ketika menafsirkan surat Fushilat di atas, Ibnu Katsir mengatakan:Allah menyebutkan bahwa Dia menciptakan bumi terlebih dahulu, karena bumi ibarat pondasi.Dan pertama kali, harusnya dimulai dengan pondasi.Kemudian setelahnya adalah atap. Sebagaimana yang Allah firmankan,

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ

“Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian, kemudian Dia berkehendak (beristiwa) menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit.[9]

Ibnu Katsir melajutkan dengen menjelaskan firman Allah di surat an-Nazi’at,

أَأَنْتُمْ أَشَدُّ خَلْقًا أَمِ السَّمَاءُ بَنَاهَا رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوَّاهَا وَأَغْطَشَ لَيْلَهَا وَأَخْرَجَ ضُحَاهَا وَالأرْضَ بَعْدَ ذَلِكَ دَحَاهَا أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءَهَا وَمَرْعَاهَا وَالْجِبَالَ أَرْسَاهَا مَتَاعًا لَكُمْ وَلأنْعَامِكُمْ

“Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit?Allah telah membinanya,(27) Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya,(28) dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang.(29) Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.(30) Dia memancarkan dari bumi mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. (31) Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (32) (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.(33)”.[10]

Dalam ayat ini disebutkn bahwa Dahyu al-Ardi (penyempurnaan bumi) dilakukan setelah menciptakan langit.Bentuk ad-Dahyu, ditafsirkan pada ayat, “Dia memancarkan dari bumi mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya”. Dan ini dilakukan setelah penciptaan langit. Adapun penciptaan bumi, ini dilakukan sebelum penciptaan langit berdasarkan nash (dalil tegas).[11]

Selanjutnya, Ibnu Katsir menyebutkan keterangan dari Ibnu Abbas yang diriwayat Bukhari dalam Shahihnya.Dari Said bin Jubair bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Ibnu Abbas beberapa ayat yang menurutnya bertentangan, diantaranya firman Allah tentang penciptaan langit dan bumi.

Orang ini menanyakan:Di surat an-Nazi’at (ayat 27 – 30), Allah menyebutkan bahwa Dia menciptakan langit sebelum menciptakan bumi. Sementara di surat Fushilat (ayat 9 – 12) Allah menyebutkan bahwa Dia menciptakan bumi sebelum menciptakan langit.

Jawab Ibnu Abbas,Allah menciptakan bumi dalam 2 hari, kemudian Dia menciptakan langit. Kemudian dia beristiwa ke atas langit, lalu Allah sempurnakan langit dalam 2 hari yang lain. Kemudian Allah daha al-Ardha (menyempurnakan bumi).Bentuk penyempurnaan bumi adalah dengan Dia keluarkan dari bumi mata air, tumbuh-tumbuhan, Allah ciptakan gunung, benda mati, dataran tinggi, dan segala yang ada di antara langit dan bumi, dalam 2 hari.Itulah makna firman Allah, “Bumi dihamparkannya”. Sementara firman Allah, “Dia menciptakan bumi dalam 2 hari”. Diciptakanlah bumi dan segala isinya dalam 4 hari dan diciptakan semua langit dalam 2 hari.(HR. Bukhari secara Mu’allaq sampai al-Minhal, 16/85).[12]

Kesimpulan dari keterangan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma,Allah menciptakan bumi 2 hari belum sempurna dan belum ada isinya.Kemudian menciptakan semua langit dalam 2 hari, dan terakhir Allah mengisi bumi dengan tumbuhan, gunung, benda-benda dalam 2 hari.

B.   Pandangan Orang yang tidak Beriman

1.    Teori Kabut (Nebula)

Dari jaman sebelum masehi, para ahli sudah memikirkan bagaimana proses terjadinya bumi. Dan salah satunya adalah teori kabut atau yang disebut nebula yang diperkenalkan oleh Immanuel Kant pada tahun 1755 serta Piere de Laplace pada tahun 1796. Dimana mereka berdua terkenal dengan teori kabut kant laplace[13]

Dalam teori tersebut mengatakan bahwa di dalam jagat raya terdapat gas yang berkumpul menjadi kabut atau nebula. Dimana gaya tarik menarik antara gas yang kemudian membentuk kumpulan kabut yang sangat besar serta berputar semakin cepat.Dimana proses perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut dibagian khatulistiwa terlempar dan terpisah serta memadat yang disebabkan karena pendinginan.Pada bagian yang terlempar ini menjadi planet–planet di dalam tata surya. Teori nebula terbagi menjadi beberapa tahap .

Matahari beserta planet-planet yang masih berbentuk gas, dimana kabut yang masih sangat pekat dan besar.Kabut yang masih berputar serta berpilin dengan kuat dan pemadatan terjadi pada pusat lingkaran dan kemudian membentuk matahari.Lalu pada saat bersamaan materi lainnya membentuk menjadi massa yang lebih kecil dai pada matahari dan kemudian menjadi planet, serta bergerak memutari matahari.Kemudian materi tersebut semakin besar dan selalu melakukan gerakan yang teratur mengitari matahari dalam satu orbit yang tetap kemudian membentuk tingkatan keluarga matahari.

2.    Teori Planetisima

Sejak awal abad 20, Forest Ray Moulton seorang ahli astronomi asal amerika serta rekannya Thomas C.Chamberlain ahli geologi, mengemukakan teori planestisimalhypothesis, bahwa matahari terbentuk dari massa gas yang bermassa sangat besar, disaat ada bintang lain yang melintas dan sangat dekat dan hampir terjadinya tabrakan. Terlalu dekatnya lintasan mempengaruhi antara gaya gravitasi dengan dua bintang yang mengakibatkan tertariknya gas serta materi ringan yang ada pada bagian tepi.

Pengaruh gaya gravitasi menyebabkan materi terlempar dan meninggalkan permukaan matahari serta permukaan bintang. Materi yang terlempar menyusut serta membuat gumpalam planestimal[14].Kemudian planestimal dingin dan memadat yang membentuk planet yang mengitari matahari.

3.    Teori Pasang Surut Gas (Tidal)

Teori yang dikemukakan James Jeans dan Harold Jeffrey tahun 1918, bintang besar yang mendekati matahari dengan jarak pendek, yang pada akhirnya membuat pasang surut pada badan matahari, pada saat matahari dalam keadaan gas. Penyabab terjadinya pasang surut air laut adalah massa bulan serta jauhnya jarak antara bulan ke bumi 60 kali radius orbit di bumi.

Namun, jika bintang yang massanya mendekati masa besarnya dengan matahari  mendekat, lalu akan membentuk semacam gunung  gelombang pada badan matahari, yang terjadi karna gaya tarik bintang. Gunung-gunung tadi akan menjadi tinggi yang sangat luar biasa kemudian terbentuk semacam lidah pijar yang sangat besar, yang menjulur oleh massa matahari dan mengarah ke arah bintang besar. Lambat laun kolom-kolom ini akan pecah kemudian akan menjadi benda tersendirian.

Dalam lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet.Bintang besar yang menyebabkan penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari tadi, melanjutkan perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang pengaruhnya terhadap planet yang berbentuk tadi.Planet-planet akan mengelilingi matahari namun tetapi ketika mengelilingi planet-planet yang besar proses pendinginannya akan lambat sedangkan pada planet-planet kecil akan berjalan lebih cepat.[15]

4.    Teori Bintang Kembar

Teori yang dikemukakan seorang ahli astronomi R.A Lyttleton , teori ini menerangkan bahwa galaksi berawal dari kombinasi bintang kembar.

Dimana satu dari bintang itu meledak membuat banyak material yang terlempar, sedangkan bintang yang tidak meledak itu disebut matahari dan bintang yang meledak itu menjadi planet-planet yang mengelilingi matahari.

5.    Teori Big Bang

Teori big bang menjelaskan bahwa bumi berasal dari puluhan milyar tahun yang lalu.Dimana ada gumpalan kabut yang sangat besar berputar pada porosnya.Putaran itu memungkinkan bagian-bagian kecil terlempar sedangkan bagian besar menjadi satu dan menjadi pusat pembentukan cakram raksasa.

Gumpalan raksasa itu meledak dan mebentuk galaksi dan nebula-nebula. Sekitar 4,6 miliyar tahun Pembekuan yang terjadi membuat nebula-nebula membentuk galaksi bernama galaksi bima sakti dan kemudian terbentuk sistem tata surya. Bagian ringan yang terlempar membentuk gumpalan-gumpalan yang  memadat. Dan gumpalan itu membentuk planet-planet.

 

C.   Kesimpulan

Setelah kami membahas tentang Proses Terbentuknya Alam Menurut Ilmu.Pengetahuan Barat Dan Al-Qur’an, dapat kami simpulkan bahwa alam dan penghuninya adalah suatu ruangan yang maha besar yang didalamnya terdapat kehidupan yang biotik dan abiotik, serta didalamnya terjadi segala peristiwa alam baik yang dapat diungkapkan manusia maupun yang tidak.

 

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim

Al-bidayah wan Nihayah, karya al-Imam al-Hafidz Abi al-Fida’ Ismail Ibnu Katsir al-Quraisy ad-Dimasyqi (701-774 H), cet I, th.1418 H/1997 M, Tahqiq ad-Duktur Abdullah bin Abdil Muhsin at-Turky, Markaz al-Buhus wad dirasat al-‘Arabiyyah wal Islamiyyah, Badaru Hijr.

Tafsir al-Qur’anul ‘Adzim, karya al-Imam al-Hafidz Abi al-Fida’ Ismail Ibnu Katsir al-Quraisy ad-Dimasyqi (701-774 H), cet II, th.1423 H/2002 M, Tahqiq Abdur Razzaq al-Hamdi, an-Nasyir.

Mawardi & Nur Hayati. 2000.IAD IBD ISD.Bandung: Pustaka Setia.



[1] QS.Al-A’raf, ayat:54.

[2] Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, hal.165.

[3] QS.Fushilat, ayat:9.

[4]Ibid, ayat:10

[5]Ibid, ayat:11

[6]Ibid, ayat:12

[7] Ibnu Katsir, Binayah Wan Nihayah, hal. 1/15.

[8] Al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, hal.7/219.

[9] QS.al-Baqarah, ayat:29.

[10] QS.an-Nazi’at, ayat:27-33.

[11] Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir,hal.7/165.

[12] Ibid, hal.468-470.

[13] Mawardi & Nurhayati, IAD IBD ISD, hal.30.

[14] Ibid, hal.31.

[15] Ibid, hal.33.