1. Zone proximal Development
Zona proximal Development ( ZPD )
ialah istilah Vygotsky untuk tugas-tugas yang terlalu sulit untuk dikuasai
sendiri oleh anak-anak, tetapi yang dapat dikuasai dengan bimbingan dan bantuan
dari orang-orang dewasa atau anak-anak yang yang lebih terampil. Batas ZPD yang
lebih rendah ialah level pemecahan masalah yang di capai oleh seorang anak yang
bekerja secara mandiri. Dan batas yang lebih tinggi ialah level tanggung jawab
tambahan yang dapat di terima oleh anak dengan bantuan seorang instruktur yang
mampu. Penekanan Vygotsky pada ZPD menegaskan keyakinannya tentang pentingnya
pengaruh-pengaruh social terhadap perkembangan kognitif dan peran pengajaran
dalam perkembangan social. ZPD dikonseptualisasikan sebagai suatu ukuran
potensi pembelajaran,akan tetapi IQ menekankan bahwa intelegensi adalah milik
anak. sedangkan ZPD menekankan bahwa pembelajaran adalah suatu peristiwa social
yang bersifat interpersonal dan dinamis yang tergantung pada paling sedikit dua
pikiran, dimana yang satu lebih berilmu atau lebih terlatih dari yang lain.
Pembelajaran oleh anak-anak kecil yang baru berjalan memberi contoh bagaimana
ZPD bekerja. Anak-anak kecil yang baru berjalan itu harus di motivasi dan harus
dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang menuntut ketrampilan buat mereka. Guru
harus harus memiliki pengetahuan untuk melatihkan ketrampilan yang menjadi
target pada setiap tingkat yang di persyaratkan oleh aktifitasnya. Guru dan
anak harus saling menyesuaikan persyaratan masing-masing.
Dalam suatu
penelitian tentang hubungan antara anak-anak yang baru belajar berjalan dengan
ibunya, pasangan itu di tugaskan untuk menyelesaikan sejumlah masalah yang
terdiri atas berbagai jumlah (sedikit obyek vs banyak obyek) dan berbagai
kompleksitas (perhitungan sederhana vs reproduksi angka). Para ibu di minta
mengerjakan tugas ini sebagai suatu peluang untuk mendorong pembelajaran dan
pemahaman akan anak mereka. Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan pemikiran pada
mulanya berkembang sendiri-sendiri, tetapi pada akhirnya bersatu.
Ada dua prinsip
yang mempengaruhi penyatuan pemikiran dan bahasa. Pertama, semua fungsi mental memiliki asal usul eksternal atau
sosia. Anak-anak harus menggunakan basa dan mengkomunikasikannya kepada orang
lain sebelum mereka berfokus ke dalam proses-proses mental mereka sendiri. Kedua, anak-anak harus berkomunikasi
secara eksternal dan menggunakan bahasa selama periode waktu yang lama sebelum
transisi dari kemampuan bicara secara eksternal ke internal berlangsung.
Periode transisi ini terjadi antara usia 3 hingga 7 tahun dan meliputi
berbicara kepada dirinya sendiri. Setelah beberapa saat, berbicara sendiri itu
menjadi hakekat kedua anak-anak dan mereka dapat bertindak tanpa
menverbalisasikannya. Bila ini terjadi anak-anak telah menginternalisasikan
pembicaraan mereka yang egosentris dalam bentuk berbicara sendiri, yang menjadi
pemikiran anak.
Teori Vygotsky
menentang gagasan-gagasan Piaget tentang bahasa dan pemikiran. Vygotsky
menyatakan bahwa bahasa, bahkan dalam bentuknya yang paling awal, adalah
berbasis sosial, sementara Piaget menekankan pada percakapan anak-anak yang
bersifar egosentris dan berorientasi nonsosial. Anak-anak berbicara kepada diri
mereka untuk mengatur perilakunya dan untuk mengarahkan diri mereka (Duncan,
1991). Sebaliknya, Piaget menekankan bahwa percakapan anak kecil yang egosentris
mencerminkan ketidakmatangan sosial dan kognitif mereka.
Meskipun pada akhirnya anak-anak
akan mempelajari sendiri bebrapa konsep melalui pengalaman. sehari-hari,
Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih maju dan berkembang jika
berinteraksi dengan orang lain. anak-anak tidak akan mengembangkan pemikiran
operasional formal tanpa bantuan orang lain.
Menurut Vygotsky, zona perkembangan
proksimal merupakan celah antara actual development dan potensial development,
dimana antara seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa
dan apakah seorang anak dapat melakukan Sesuatu dengan arahan orang dewasa atau
kerja sama dengan teman sebaya. Zona perkembangan proximal menitik beratkan
pada interaksi social akan dapat memudahkan perkembangan anak. Ketika seorang
siswa mengerjakan pekerjaannya disekolah sendiri, perkembangan mereka akan
lambat . jadi untuk memaksimalkan perkembangan siswa seharusnya bekerja dengan
teman sebaya yang lebih terampil yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan
masalah yang lebih kompleks. Melalui interaksi yang berturut-turut ini
diharapkan dapat mengembangkan pengalaman berbicara, bersikap dan berdiskusi
secara baik.
2. Konsep scaffolding
Selain teori Vygotsky diatas,
Vygotsky juga mempuyai teori yang lain yaitu tentang “scaffolding”. Scaffolding
adalah memberikan bantuan yang besar kepada seorang anak selama tahap-tahap
awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan
kesempatan kepada anak tersebut untuk mengerjakan pekerjaannya sendiri dan
mengambil alih tanggung jawab pekerjaan itu. Bantuan yang diberikan guru dapat
berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah kedalam bentuk lain
yang memungkinkan siswa dapat mandiri.
Vygotsky
menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya yaitu:
1. Menghendaki setting kelas kooperaif, sehingga siswa dapat
saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah
yang efekif dalam masing-masing zone of proximal development mereka.
2. Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran dalam menekankan
scaffolding. Jadi teori belajar vigotsky adalah salah satu teori belajar social
sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model
pembelajaran kooperatif terjadi interaktif social yaitu interaksi antara siswa
dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep-konsep
danpemecahan masalah.
Pengaruh
karya Vygotsky dan burner terhadap dunia pengajaran dijabarkan oleh smith
1. Walaupun Vygotsky dan burner telah mengusulkan peranan
yang lebih penting bagi orang dewasa dalam pembelajaran anak-anak dari pada
peran yang diusulkan Peaget, keduanya tidak mendukung pengajaran diaktivis
diganti sepenuhnya. Sebaliknya mereka malah menyatakan walaupun anak dilibatkan
dalam pembelajaran aktif, guru harus aktif mendampingi setiap kegiatan
anak-anak. Dalam istilah teoristis ini berarti anak-anak bekerja dalam zona
perkembangan proksimal dan guru menyediakan scaffolding bagi anak.
2. Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping
guru, teman sebaya juga berpengaruh pada perkembangan kognitif anak. Berlawanan
dengan pembelajaran lewat penemuan individu (individual discoveri learning)
kerja kelompok secara kooperatif tampaknya mempercepat perkembangan anak.
3. Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini
diperluas menjadi pengajaran pribadi oleh teman sebaya, yaitu seorang anak
mengajari anak lainnya yang agak tertinggal didalam pelajaran. Foot et al,
menjelaskan pengajaran oleh teman sebaya ini dengan menggunakan teori vygotsky.
Satu anak bisa lebih efektif membimbing anak lainnya melewati ZPD karena mereka
sendiri baru saja melewati tahap itu sehingga bisa dengan mudah melihat
kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak lain dan menyediakan scaffolding yang
sesuai.