Dalam Dalam film yang berjudul Little Women (1994) yang ceritanya mengadopsi dari Novel yang berjudul “Little Women” yang dibuat oleh Louisa May Alcott, terdapat banyak pesan moral tentunya dalam hal feminisme. Pesan yang sangat positif yang terdapat pada film ini tampak jelas pada nilai pengasuhan seorang perempuan untuk membesarkan 4 orang anak perempuan yang bernama Meg, Jo, Beth, dan Amy yang memiliki karakter yang berbeda-beda, dari yang keibuan dan pemalu sampai yang tomboy. Untunglah mereka memiliki ibu yang bisa menjembatani perbedaan karakter itu dengan bijaksana, sementara bapak mereka bertugas di medan perang saudara.
Dalam hali ini tampak jelas perjuangan seorang ibu yang berperan sebagai ibu dan ayah. Hal ini dia lakukan dengan penuh semangat.
Penelitian ini mengungkapkan bentuk feminisme dan dari segi positif dan negative dalam film "Little Woman ” yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana kritik terhadap film Little Woman, ditinjau dari segi positif dan negatifnya, (2) Bagaimana penerapan kritik feminisme secara umum pada film Little Woman.
Sesuai Rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui tentang Menjelaskan kritik terhadap film Little Woman, ditijau dari segi positif dan negatifnya.Menjelaskan penerapan kritik feminisme secara umum pada film Little Woman.
PENDAHULUAN
Karya sastra merupakan komunikasi antara sastrawan dan pembacanya. Bentuk komunikasi itu berupa karya sastra. Apa yang ingin di ungkakan sastrawan kepada para pembacanya. Bentuk komunikasi ternyata melahirkan berbagai kejadian dalam teori sastra. Setiap kajian itu ada yang menitikberatkan kejadiannya pada diri sastrawan, ada juga yang menitikberatkan kajiannya pada kesusastraan antara karya sastra dan alam semesta.
Fungsi utama karya sastra adalah untuk melukiskan, mencerminkan kehidupan manusia, sedangkan kehidupan manusia itu sendiri selalu mengalami perkembangan. Dalam hubungan inilah diperlukan gsenre yang berbeda, dalam hubungan ini pulan diperlukan teori yang berbeda untuk memahaminya.
Diantara macam-macam karya sastra ada karya sastra yang dinamakan film. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, film diartikan selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret), atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan dalam bioskop).
Sedangkan pengertian film secara luas adalah tampilan yang diproduksi secara khusus untuk pertunjukkan di gedung atau bioskop. Pengertian film jenis ini juga disebut dengan istilah teatrikal. Film ini berbeda dengan Film Televisi atau sinetron yang dibuat khusus untuk siaran televisi.
Pada dasarnya film merupakan alat audio visual yang menarik perhatian orang banyak, karena dalam film itu selain memuat adegan yang terasa hidup juga adanya sejumlah kombinasi antara suara, tata warna, costum, dan panorama yang indah. Film memiliki daya pikat yang dapat memuaskan penonton.
Alasan-alasan khusus mengapa seseorang menyukai film, karena adanya unsur usaha manusia untuk mencari hiburan dan meluangkan waktu. Kelebihan film karena tampak hidup dan memikat. Alasan seseorang menonton film untuk mencari nilai-nilai yang memperkaya batin. Setelah menyaksikan film, seseorang memanfaatkan untuk mengembangkan suatu realitas rekaan sebagai bandi ngan terhadap realitas nyata yang dihadapi. Film dapat dipakai penonton untuk melihat-lihat hal-hal di dunia ini dengan pemahaman baru.
Kritik sastra suatu karya sastra diuraikan (dianalisis) unsur-unsurnya atau norma-normanya, diselidiki, diperiksa satu persatu, kemudian ditentukan berdasarkan teori-teori dan pendekatan penilaian karya sastra, bernilai atau tidak bernilaikah, bermutu seni atau tidak bagian-bagian atau unsur-unsur karya sastra yang diselidiki atau yang dianalisis itu. Baru sesudah itu, dengan pertimbangan-pertimbangan seluruh penilaian terhadap bagian-bagian yang merupakan kesatuan yang erat, dengan menimbang mana yang bernilai dan mana yang tidak atau kurang bernilai, maka kritikus baru menentukan karya tersebut bernilai tinggi, sedang, kurang bernilai, atau tidak bernilai sastra.
Feminisme (tokohnya disebut Feminis) adalah sebuah gerakan perempuan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria. Feminisme berasal dari bahasa Latin, femina atau perempuan. Istilah ini mulai digunakan pada tahun 1890-an, mengacu pada teori kesetaraan laki-laki dan perempuan serta pergerakan untuk memperoleh hak-hak perempuan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka rumusan masalah dapat di jabarkan sebagai berikut:
1. Bagaimana kritik terhadap film Little Woman, ditinjau dari segi positif dan negatifnya?
2. Bagaimana penerapan kritik feminisme secara umum pada film Little Woman?
Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan kritik terhadap film Little Woman, ditijau dari segi positif dan negatifnya.
2. Menjelaskan penerapan kritik feminisme secara umum pada film Little Woman.
Manfaat Penelitian
Kegiatan penelitian ini dapat memeberikan manfaat baik yang bersifat teoritis maupun praktis.
Secara Teoritis: Manfaat penelitian ini adalah untuk mengembangkan pengetahuan bahasa Indonesia dalam menganalisis kumpulan cerpen dengan menggunakanteori feminisme
Secara praktis:
1. Dapat memeberikan informasi tentang teori feminisme yang digunakan dalam film “Little Woman”
Kajian Pustaka
Kritik merupakan salah satu dari cabang ilmu sastra. Kritik sastra menganalisis teks karya sastra itu sendiri. Kritik dapat diterapkan pada semua bentuk karya sastra, baik yang berupa puisi, prosa maupun drama. Kritik adalah karangan yang menguraikan tentang pertimbangan baik atau buruk suatu karya sastra. Kritik biasanya diakhiri dengan kesimpulan analisis . Tujuan kritik bukan hanya menunjukkan keunggulan, kelemahan, kebenaran, dan kesalahan sebuah karya sastra berdasarkan sudut tertentu, tetapi mendorong sastrawan untuk mencapai penciptaan sastra tertinggi dan untuk mengapresiasi karya sastra secara lebih baik. Tugas kritik sastra adalah menganalisis, menafsirkan, dan menilai suatu karya sastra . Kehadiran kritik sastra akan membuat sastra yang dihasilkan berikutnya menjadi lebih baik dan berbobot karena kritik sastra akan menunjukkan kekurangan sekaligus memberikan perbaikan.
Kritik sastra mempunyai beberapa ciri, yaitu sebagai berikut :
a. Memberikan tanggapan terhadap hasil karya.
b. Memberikan pertimbangan baik dan buruk (kelebihan dan kekurangan ) sebuah karya sastra
c. Pertimbangan bersifat obyektif
d. Memaparkan kesan prebadi kritikus terhadap sebuah karya sastra
e. Memberikan alternatif perbaikan atau penyerpurnaan
f. Tidak berprasangka
g. Tidak terpengaruh siapa penulisnya
Pentingnya Kritik/ Fungsi Kritik
a. Bagi Pembaca
Bagi pembaca merupakan penuntun untuk dapat menikmati ciptaan yang dikritik itu sehingga dapat memberikan pandangannya dan menghargainya
b. Bagi Seniman atau Pengarangnya
Bagi pengarangnya merupekan petunjuk yang berharga yang wajib dipertimbangkan untuk kebaikan ciptaan yang akan datang.
Prinsip-Prinsip Penulisan Kritik
a. Penulis harus secara terbuka mengemukakan dari sisi mana ia menilai karya sastra tersebut.
b. Penulis harus obyktif dalam menilai
c. Penulis harus menyertakan bukti dari teks yang dikritik
Jenis-Jenis Kritik
a. Kritik sastra intrinsik, yaitu menganalisis karya sastra berdasarkan unsur intrinsiknya, sehingga akan diketahui kelemahan dan kelebihan yang ada dalam karya sastra
b. Kritik sastra ekstrinsik, yaitu menganalisis dengan cara menghubungkan karya sastra dengan penulisnya, pembacanya , atau masyarakatnya. Disamping itu juga melibatkan faktor ekstinsik lain seperti sejarah, psikologi, relegius, pendidikan dan sebagainya
c. Kritik deduktif , yaitu menganalisis dengan cara berpegang teguh pada sebuah ukuran yang dipercayainya dan dipergunakan secara konsekuen
d. Kritik Induktif, yaitu menganalisis dengan cara melepaskan semua hukum atau aturan yang berlaku
e. Kritik impresionik, yaiti menganalisis hasil karya berdasarkan kesan pribadi secara subyektif terhadap karya sastra
f. Kritik penghakiman , yaitu menganalisis dengan cara berpegang teguh pada ukuran atau aturan tertentu untuk menentukan apakah sebuah karya sastra baik atau buruk
g. Kritik teknis, yaitu kritik yang dilakukan untuk tujuan tertentu saja
Tujuan penulisan kritik sastra antara lain:
a. Memberikan panduan yang benar cara memahami karya sastra
b. Berguna untuk penyusunan teori sastra an sejarah sastra
c. Membantu perkembangan kesusastraan suatu bangsa karena memberikan penjelasan baik buruknya suatu karya sastra
d. Memberikan manfaat kepada masyrakat tentang pemahaman dan apresiasi sastra
Feminisme (tokohnya disebut Feminis) adalah sebuah gerakan perempuan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria. Feminisme berasal dari bahasa Latin, femina atau perempuan. Istilah ini mulai digunakan pada tahun 1890-an, mengacu pada teori kesetaraan laki-laki dan perempuan serta pergerakan untuk memperoleh hak-hak perempuan. Sekarang ini kepustakaan internasional mendefinisikannya sebagai pembedaan terhadap hak-hak perempuan yang didasarkan pada kesetaraan perempuan dan laki laki.
Masalah-masalah tentang emansipasi perempuan terus berkembang dan tidak henti-hentinya dibicarakan dalam karya sastra. Mulai dari novel-novel di zaman pujangga baru sampai sekarang. Bisa dikatakan emansipasi perempuan adalah pelepasan diri perempuan dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah atau dari pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan untuk berkembang dan maju.
Feminisme mencoba mengembangkan paradigma baru dengan masalah pokok ketaktergantungan pada cerita besar sebagaimana yang penah dikembangkan oleh kelompok modernis, kelompok moralis, dan pengikut teori-teori kebenaran ahistoris. Feminisme bukanlah teori dalam pengertian yang sesungguhnya, teori sebagai akumulasi konseptual yang diperoleh melalui validitas data empiris, melainkan sebagai ilmu dan teori yang marginal, bahkan sebagai kuasi ilmiah.
Teori-teori feminis, sebagai alat kaum wanita untuk memperjuangkan hak-haknya, erat berkaitan dengan konflik kelas dan ras, khususnya konflik gender. Feminisme menolak ketidakadilan sebagai akibat masyarakat patriarki, menolak sejarah dan filsafat sebagai disilin yang berpusat pada laki-laki, subjek sebagai ego-centric (menggunakan pikiran-pikiran), semenyara wanita sebagai hetero-centric (orang lain). Menurut kelompok feminism, pengaruh laki-laki dalam bahasa sangat kuat, hakikat arbitrer bahasa dimanfaatkan secara maksimal oleh kebudayaan patriarkhat.
Dalam kaitannya dengan sastra, bidang studi yang relevan, diantaranya: tradisi literer perempuan, pengarang perempuan, pembaca perempuan, cirri-ciri khas bahasa perempuan, tokoh-tokoh perempuan, novel popular dan perempuan, dan sebagainya. Feminis, khususnya masalah-masalah mengenai wanita pada umumnya dikaitkan dengan emansipasi, gerakan kaum perempuan untuk menuntut persamaan hak dengan kaum laki-laki, baik dalam bidang politik dan ekonomi, maupun gerakan sosial budaya pada umumnya.
Melakukan kajian dengan menguak citra perempuan yang ada di dalam sebuah karya sastra merupakan salah satu aspek kajian di dalam penerapan pendekatan feminisme karya sastra. Sebelumnya sebagai pembedah yang mengkaji sebuah karya sastra, analisis tidak boleh luput dari pembedahan terhadap faktor intrinsik dan ekstrinsik karya sastra. Sekadar memperlancar kaji, faktor ekstrinsik adalah faktor yang berada di luar sebuah karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme sebuah karya sastra itu (dalam hal ini novel). Secara lebih khusus dapat dikatakan bahwa factor ekstrinsik adalah factor yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, tetapi faktor tersebut tidak menjadi bagian di dalamnya. Dengan demikian, faktor ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap totalitas bangun yang dihasilkan. Sebaliknya, faktor intrinsik adalah faktor yang terdapat dalam karya sastra.
PEMBAHASAN
1. Menjelaskan kritik terhadap film Little Woman, ditijau dari segi positif dan negatifnya.
Ditijau dari segi positifnya
Menurut kelompok kami, film Little Woman ini menyampaikan beberapa hal yang positif, bisa menjadi contoh yang baik dalam kehiduan keluarga yang mempunyai saudara lebih dari dua saudara, diantaranya:
1) Sebagai seorang yang paling sulung seharusnya bijaksana kepada semua adik-adiknya, jika diantara mereka ada yang bertengkar membala salah satunya bukanlah menyelesaikan masalah tetapi dengan mengajak bicara keduanya lah bisa memecahkan masalah yang dipertengkarkan.
2) Bersaudara, jika yang satu melakukan kesalahan yang tidak disengaja maka segera berbaikan lagi dikarenakan kebahagiaan dalam persaudaraan lebih penting jika dibandingkan dengan sekadar masalah kecil yang mengganggu.
3) Memahami antara saudara satu dengan saudara yang lain juga penting, melepaskan kebahagiaan sendiri untuk kebahagiaan saudara juga lebih penting dan jika yang satu bahagia maka akan menimbilkan kebahagiaan juga untuk yang lain.
4) Jika diantara saudara kandung ada yang sakit ataupun ada yang meninggal dunia, maka mereka semua merasakan kesedihan yang sama dan kenangan akan kebersamaan mereka tidak akan pernah terlupkan walaupun dalam menjalankan kehidupan dimasa depan.
b. Ditijau dari segi negatifnya
Menurut kelompok kami, film Little Woman ini juga menyampaikan beberapa hal yang negative juga, diantaranya:
1) Film Little Woman ini agak fulgar dikarenakan ada adegan “berciuman”, jika film ini tidak sengaja ditonton oleh anak usia dini maka anak tersebut kemungkinan besar akan mencoba mempraktikkan adegan yang sama dalam film Little Woman ini.
2) Jika ada seorang lelaki yang mendekati, maka janganlah memberikan harapan yang lebih pada laki-laki itu dengan cara misalnya: jika dicium, “mau” atau menanggapi ciuman itu. Sikap ini akan menimbulkan kekecewaan untuk laki-laki tersebut jika sebagai perempuan hanya menganggap laki-laki itu hanyalah sekadar teman akrab saja.
3) Pada film ini, jika merantau cukup jauh dengan kota kelahiran dan jika baru mengenal kali pertama seorang laki-laki maka tidak seharusnya langsung akrab, bisa saja laki-laki yang dijumpai bukanlah laki-laki yang baik dan hanya ingin memermainkan seoramg peremuan saja.
2. Menjelaskan penerapan kritik feminisme secara umum pada film Little Woman.
Analisa Film “Little Women (1994)”
Dalam film yang berjudul Little Women (1994) yang ceritanya mengadopsi dari Novel yang berjudul “Little Women” yang dibuat oleh Louisa May Alcott, terdapat banyak pesan moral tentunya dalam hal feminisme. Pesan yang sangat positif yang terdapat pada film ini tampak jelas pada nilai pengasuhan seorang perempuan untuk membesarkan 4 orang anak perempuan yang bernama Meg, Jo, Beth, dan Amy yang memiliki karakter yang berbeda-beda, dari yang keibuan dan pemalu sampai yang tomboy. Untunglah mereka memiliki ibu yang bisa menjembatani perbedaan karakter itu dengan bijaksana, sementara bapak mereka bertugas di medan perang saudara.
Dalam hali ini tampak jelas perjuangan seorang ibu yang berperan sebagai ibu dan ayah. Hal ini dia lakukan dengan penuh semangat. Marmee, panggilan sayang March bersaudari untuk ibu mereka, selalu memiliki cara dalam mendidik keempat anaknya tanpa harus menggurui apalagi mengancam. Sebagai contohnya, ada cuplikan beberapa cerita berikut ini yang merupakan eksperimen yang dilakukan oleh Marmee.
“Suatu ketika di musim panas, March bersaudari ingin berlibur seperti teman-teman mereka yang lebih mampu. Namun karena tidak punya uang untuk pergi ke tempat wisata, mereka berinisiatif membebaskan diri dari tugas pekerjaan rumah sehari-hari. Mereka memutuskan untuk larut dalam hobi-hobi mereka. Sesekali tidak mengerjakan tugas, pasti tidak masalah, pikir mereka. Namun, ketika petang menjelang dan makan malam belum terhidang, mereka sadar telah melakukan kesalahan dan berjibaku membereskan seisi rumah serta menyiapkan makan malam. Marmee membiarkan anak-anaknya melakukan percobaan sehingga mereka dapat mengerti dengan sendirinya akibat dari pilihan yang mereka ambil.”
Dalam cuplikan cerita di atas, ada bentuk nilai pengasuhan yang sangat mulia, yaitu seorang ibu belajar memberikan rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap anak-anaknya. Walaupun tanpa harus menggurui dan mengeluarkan kata-kata yang lantang, dengan hanya menunjukkan sebuah keadaan pada anak-anaknya, maka hati mereka akan senantiasa tergerak untuk menegakkan tanggung jawabnya sebagai seorang anak. Nilai pengasuhan inilah yang mungkin membuat novel ini tak tergantikan.
Dalam cuplikan cerita di atas sangatlah jelas betapa berat tugas seorang ibu untuk mendidik kepribadian kepada 4 orang anak yang berbeda karakter. Yang pada hakikatnya untuk pembentukan mental dan karakter seorang anak biasanya dilakukan oleh seorang laki-laki yang terutama adalah ayahnya sendiri. Di sini Marmee sebagain seorang ibu dengan lugas bisa melakukan kwajiban yang seharusnya diklakukan oleh seorang ayah. Mulai dari mendidik anak, menafkahi sampai membesarkannya. Tentu hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan. Hal ini tentu banyak terdapat nilai feminisme yang dapat menggugah hati para ibu untuk melakukan gerakan emansipasi dan tidak sepenuhnya untuk bergantung pada pria. Karena pada kenyataannya, banyak tugas dari seorang pria yang bisa diemban oleh seorang wanita.
Kentalnya nilai-nilai moral yang ditanamkan dalam cerita ini mungkin akan membuat sebagian orang menganggap novel ini terlalu menggurui, tetapi menurutku pendapat ini salah, karena Louisa May Alcott nggak lantas membuat karakter anak-anak keluarga March jadi terlalu ‘sempurna’ sampai terasa membosankan maupun nggak realistis. Meg, Jo, Beth dan Amy tetaplah remaja-remaja normal, yang dalam perjalanan mereka menjadi wanita dewasa melakukan banyak kesalahan. Sebagai saudari hubungan mereka juga nggak selalu mulus, diwarnai pertengkaran-pertengakaran besar dan kecil, meskipun pada akhirnya mereka menyadari kasih sayang keluarga lebih penting daripada hal apapun yang mereka pertengkarkan. Dan juga, walapun terbiasa bekerja, anak-anak keluarga March bukannya nggak boleh bersenang-senang. Banyak kejadian dalam buku ini menceritakan kegiatan yang dilakukan Meg, Jo, Beth dan Amy untuk bermain-main, misalnya bermain sandiwara atau bergaul dengan anak lelaki tetangga sekaligus sahabat mereka. Pesan feminisme sangat tergambar jelas dalam novel ini yang dikisahkan dengan menggambarkan perjuangan seorang ibu untuk menhidupi keluarganya tanpa suami.
A. Kritik Film Little Women
Dalam film Little Woman yang ceritanya mengadopsi dari novel Little Women terlalu banyak mengandung nilai moral, yang apabila dilihat dari segi isi ceritanya, dalam berbagai situasi selalu terdapat nilai moral utamanya nilai feminism. Karena terlalu banyak nilai moral yang terkandung maka isi dari film ini tampak terlihat terlalu menggurui bagi penikmat film ataupun pembaca novel tersebut. Hal inilah yang bisa mengurangi nilai estetika isi cerita. Padahal novel ini lebih ditujukan ke kaum remaja dan dewasa yang notabennya banyak yang sudah faham dengan nilai moral dan sosial. Tetapi untuk keseluruhannya ceritanya menarik. Alangkah lebih baiknya nilai moral dan sosial hanya lebih ditekankan pada awal cerita, pada saat terjadi konflik dan akhir cerita yang menjadi klimaks dari sebuah cerita.
Lampiran
Teks Film Little Woman
is this too fast?
Harder!
My sisters and I remember that winter, as the coldest of our childhood. A temporary poverty had settled upon our family some years before. The war had made fuel and lamp oil scarce. But necessity is indeed the mother of invention. Somehow in that dark time… our family, the March family seemed to create its own light. Marmee! Marmee’s home! Marmee! Marmee! We waited and waited! We’ve been “expectorating” you for hours! Have you, my darling? “Expecting”, featherhead. Oh, Marmee, you’re frozen! Yes. If you could see the people lined up outside Hoe House in this bitter cold. Mmm, your cheeks are so warm. Finished your Christmas bundles? So many this year! We were handing out. Oh, how is your cold? Better. Good. We were handing out food… as quickly as we could make up the baskets.
Now, Miss Amy, what is this in my pocket? Father! “My dearest family, I am well and safe. Our battalion is encamped on the ‘Potamac’.” Potamac. Potamac. “December makes a hard, cold season for all of us so far from home. I think of my girls day and night… and find my best comford in your affection. I pray that your own hardships will not be too great to bear. Give them all my dear love and a kiss. Tell them I think of them by day, ray for them by night.” Poor Father. I’m a selfish girl. Oh! Little ones. It’s Christmas Eve. Father wouldn’t want us to be sad now. Ding-dong merrily on high. In heaven the bells are ringing. Ding-dong merrily the sky is riven with angels singing. Glor-o-o-ria. Hosanna in excelsis. To bed, Miss Amy. Merry Christmas, sweetheart. Merry Christmas. Let steeple bells be swungen. And i-o i-o i-o. Merry Christmas. Merry Christmas. Glor-o-o-ria. Merry Chistmas, Beth. Love you. I love you. Hosanna in excelsis. My Jo. Merry Christmas. Merry Christmas, Marmee. Hosanna in excelsis. And don’t sit up too late. I won’t. May you beautifully rhyme your eve-time song ye singers.
Late at night, my mind would come alive with voice and stories… and friends as dear to me as any in the real world. I gave myself up to it, longing for transformation. Oh, what miraculous food! Isn’t this just like the old days, Hannah? Oh. We shouldn’t eat it. We should just look at it. I’m going to eat it. Jo? Jo, come down! I’m awake! Horrible piano. Hannah’s put together an absolute Christmas miracle. Is that sausage? Wait! Oh, butter! Oh, oh, isn’t butter “divinity”? Oh, God, thank you for this breakfast. Jo, angle, fetch your Marmee. She went out at the crack of dawn to see some Germans. Hummel, the boy said. Not a word of English. His da’s gone. Six children, and she’s bout to issue another. May as well take ‘em a stick of firewood. Sure they haven’t got any. Or breakfast either. Perhaps we could send the Hummels our bread. Might as well send the butter too. Butter’s not much use… without bread to put it on.
Oh, wonderful snow! Don’t you wish you could roll about in it like dogs? Once one of our finest families. Lovely weather for picnic! Come along, Theodore. We’ll be late for church. Jo, you should let them speak first. What will they think of us? Oh, don’t look back! Here we come a-wassailing among the leaves so green. And here we come a-wandering so fair as to be seen. Love and joy come to you. And to you your wassail too. And God bless you and send you a happy new year. And God send you a happy new year. “Knights and ladies, elves and pages, monks and flower girls… all mingled gaily in the dance. Pauline cried out in horror as her bridegroom;s mask fell… disclosing not her lover Ferdinand… but the face of his sworn enemy, Count Antonio. Revenge is mine, quoth he. Continued in the following edition. Oh, I love forbidden marriages! You ought to publish it, Jo. Really! Not just in the Pickwick Portfolio. Mr. Tupman, are you demeaning our fine newspaper? Mr. Winkle. “One periwink” Advertisement. “One periwinkle sash belonging to Mr. N Winkle… has been ‘abscondated’ from the wash line… which gentleman desires any reports leading to its recovery. Gentleman of the press, hear, hear! I call to your attention… our Mr. Tupman’s. The History of the Squash. Oh, don’t read mine. Beth, this isn’t story. It’s a recipe. Oh, dear, I never know what to write. First rule of writing, Mr. Tupman, is never write what you know. What do we think of the boy? Is he a captive like Smee in Nicholas Nickleby? He looks lonely. You don’t think he’ll try to call? Maybe he has a secret a tragic, European secret. He’s had no upbringing at all they say. He was reared in Italy among artists and vagrants. Doesn’t he have a noble brow? If I were a boy, I’d want to look just like that. Imagine giving up Italy to come live with that awful old man! Jo, please don’t say awful. It’s slang. I’d be terrified to live with him. I shouldn’t mind living in such a fine house and having nice things. Oh, it doesn’t seen like Christmas this year without presents. I’m desperate for drawing pencils. I wish I didn’t have to work for Great-Aunt March… that crabby old miser. And you, Beth. What’s your Christmas wish? I’d like the war to end so Father can come home. Oh, sweet Beth. We all want that. They do have a beautiful piano. Wait til I’m a writer. I’ll buy you the best piano in creation. And if she doesn’t, you can come over and play mine. When I marry, I’m going to be disgustingly rich. And what if the man you love is a poor man but good, like Father? Well, it isn’t like being stuck with the dreadful nose you get. One does have a choice to whom one loves. You have a lovely nose! I wouldn’t marry for the money. I mean, what if his business goes bust? Besides, down at the Eagle, they pay S5 for each story they print. Why, I have ten stories in my head right now! Gentleman, I dislike all this money talk. It isn’t refined. If lack of attention to personal finances is a mark of refinement… then I’d say the Marches are the most elegant family in Concord. We’ll all grow up someday, Meg. We might as well know what we want. That’ll do. Put the carriage away, and look smart about it. Very good, sir. Merry Christmas. I have the most wonderful feeling about tonight. Meg and Jo, you have to tell me… “exquisitely” everything about Belle Gardiner. What her nose looks like and about her ring. Annie Gardiner says it’s an emerald. Can you imagine? Everyone’s lucky but me. I’m glad I don’t have to go and be with those frightening people… and try to think of things to say. Hush now. Oh, mind you, Jo… don’t eat much at supper… and don’t shake hands with people. It isn’t thing anymore. Jo, your dress! Oh, I know! You always stand too close to the fire. Oh, dear. Well, just keep your backside to the wall. Meg, look. What cunning little heels. They’re rather small. That’s all right. It’s only for one night. You don’t suppose anyone will notice… they came out of the rag bag, do you? Uh-uh. You have to have heels. What’s that strange smell? Like burnt feathers. Heavens above! You’re ruined me! I’m sorry! I’m sorry. You shouldn’t have had me do it. Meg, don’t worry. I spoil everything. I can’t go out like this! Good! I’m not going either. Here, we’ll place my bow in front. Yes, that covers it. It’s very becoming. I’ll never have any suitors. I’ll just be a dried-up old spinster. You don’t need scores of suitors. You only need one, if he’s the right one. Listen to the child. Meg isn’t going to be married right away, is she? With Jo’s help, I never will. You must be so happy. Oh, Belle, It’s enchanting. Well, I best go help Mama. Excuse me. I think it’s Mrs. Barkley. She’s going to try it. Watch her. Oh, yes, I would like it very much. Jehoshaphat! I’m sorry. No. no stay! It’s not a bad hiding place. You see, I don’t know anyone… so I feel awkward standing and staring at people. Should I put on my jacket? I never know the rules. Um, um, I’m Laurie. Theodore Laurence, but I’m, uh, I’m called Laurie. Jo March. Um--. So who were you staring at? Uh, you, actually. What—what game were you playing? I don’t know, but I think I won. Who else? Well, I was—I was quite taken with that one. That’s Meg. That’s my sister. She’s completely bald in front. Is it true that you lived in Italy among artists and vagrants? My mother was Italian. A, uh, pianist. Grandfather disapproved of her. Truly? I saw a play like that once. Do you like the theater? Oh, yes. Were you born there? Where? In—in, uh, Italy. Do you speak French or Italian? English at home. Francais a L’ecole. The Music Conservatory in Vevey. But Grandfather’s having me tutored now. He insists I go to college. Oh, I’d commit murder to go to college. Ohh! Actually, I’m going to Europe. Well, at least I hope I am. My Great—Aunt March says she’ll go one of these days… and she has to take me with her because I work as her companion. I have to read to her for hours and hours. But I do all the voices! I’ll bet you do. If I werent’t going to be a writer… I’d go to New York and pursue the stage. Are you shocked? Very. i—I’m sorry. I’m sorry. Meg always makes me take the gentleman’s part at home. It’s a shame you don’t know the lady’s part. Why are you looking at the back of my dress? It isn’t so bad! Honestly. You promised you wouldn’t look. Oh, Jo, I’ve sprained my ankle. I shouldn’t wonder in those shoes! Does it hurt? Oh, Oh, no, no. I’m quite well, thank you. Well, this is our neighbor, Laurie, the captive. Oh, poor Meg. I’ll go tell Mrs. Gardiner. Oh, no, Jo. She’ll think I’ve been sampling the punch. A perfectly good party ruined. I have my carriage. Let me take you home. Oh, yes! Oh, no, thank you. Thank you. Lean on me. Thank you, Mr. Laurence. That’s very kind of you. Good—bye, Laurie. Good night, Mrs. March. Wherever did you get this shoe? Did you ride in his carriage? Oh, you two have all the luck. Oh, Jo, is he very romantic? Not in the slightest! We’re very much obliged to him, but he’s a dreadful boy. He did a good deed putting snow on this ankle. He put snow on your ankle? To bed, Miss Amy. Whit his own hand? Oh, stop being so swoony. I won’t have my girls being silly about boys. To bed, Jo, dear. Does this hurt? Everything lovely happens to Meg. Oh, yes indeed! You mustn’t be soppy about Laurie anymore than you should be soppy… about those silly girls at school. I hope we shall be good friends with him. With a boy? He isn’t a boy! He’s Laurie! Faster! Faster! Laurie! Your young ladies are unusually active, Mrs. March, if I may say so. You may indeed, Mr. Brooke. It is my opinion that young girls are no different than boys… in their need for exertion. Feminime weaknees and fainting spells are the direct result… of our confining young girls to the house… bent over their needlework in restrictive corsets.
Marmee! Your young student is an athlete. He is, thank you, a good one. But he makes an unruly scholar. I regret that his grandfather is away munch. One hopes that your girls will be a gentling influence. Indeed, Mr. Brooke. Marmee, must you speak to everyone about corsets? Oh, Meg. Do I ? Blast these wretched skirts! Don’t say blast and wretch. Amy, don’t be such a ninny—pinny. ……………………………………………………………………………………...
Diatas adalah kutipan yang diambil dari film, sampai menit ke 21:01 tetapi kelompok kami sudah menonton film ini sampai selesai, tetapi untuk mentranskrip film ini kami agak kesulitan dikarenakan menggunakan bahasa Inggris.
Penutup
Kesimpulan
Dari paaran diatas kelompok kami dapat menyimpulakn:
1. Gaya berpakaian seorang perempuan Eropa pada tahun1994 menggunakan gaun panjang yang di dalam gaun itu terdapat sebuah penyangga gaun agar teta mengembang jika dikenakan, dan penyangga ini berat serta menuntut wanita pada zaman itu Nampak seperti boneka.
2. Persaudaraan sedarah meskipun awalnya mereka selalu jauh dari ayah mereka, tetapi saling menjaga satu sama lain, jika yang satu bahagia maka semuanya ikut bahagia, dan jika yang satu sedih maka semuanya akan ikut sedih.
3. Berhatihati jika baru mengenal seorang laki-laki yang dikenal ditempat pera ditempat perantauan yang jauh dari keluarga.
Daftar Pustaka
Kutha Ratna, Nyoman. 2013. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.