ANALISIS DRAMA “PESTA PENCURI” DALAM KAJIAN PRAGMATIK

S-1 Pendidikan Bahasa Dan sastra Indonesia Fakultas Bahasa Dan Seni  Universitas Negeri Surabaya
Abstrak
                Dalam Drama “Pesta Pencuri ” karya merupakan drama yang menceritakan tentang permasalahan yang sekelilingnya adalah seorang pencuri dan penipuan  yang di tutupi demi menjaga rahasianya dan  dan penuh dengan kebohongan. Dan dalam drama tersebut sangat memberikan nilai moral yang sangta kurang dan tidak pantas untuk di contoh didalam kehidupan. Karena dalam kisah ceritanya banyak sekali menggunakan krakter yang memakai topeng dan bahwa ternyata semua adalah seorang pencuri dan penipu.
                Penelitian ini mengungkapkan bentuk  pragmatic dalam  drama "pesta pencuri ” yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana menganalisis naskah drama yang berjudul Pesta Pencuri dengan pendekatan pragmatis,(2) Apakah teori resepsi sastra dan pendekatan pragmatis saling berhubungan.
Sesuai Rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah  mengetahui  Untuk menganalisis naskah drama yang berjudul Pesta Pencuri dengan pendekatan pragmatis,
Teori resepsi sastra dan pendekatan pragmatis saling berhubungan.                      





PENDAHULUAN

Karya sastra merupakan komunikasi antara sastrawan dan pembacanya. Bentuk komunikasi itu berupa karya sastra. Apa yang ingin di ungkakan sastrawan kepada para pembacanya. Bentuk komunikasi ternyata melahirkan berbagai kejadian dalam teori sastra. Setiap kajian itu ada yang menitikberatkan kejadiannya pada diri sastrawan, ada juga yang menitikberatkan kajiannya pada kesusastraan antara karya sastra dan alam semesta.
Fungsi utama karya sastra adalah untuk melukiskan, mencerminkan kehidupan manusia, sedangkan kehidupan manusia itu sendiri selalu mengalami perkembangan. Dalam hubungan inilah diperlukan genre yang berbeda, dalam hubungan ini pulan diperlukan teori yang berbeda untuk memahaminya.
Kritik sastra suatu karya sastra diuraikan (dianalisis) unsur-unsurnya atau norma-normanya, diselidiki, diperiksa satu persatu, kemudian ditentukan berdasarkan teori-teori dan pendekatan penilaian karya sastra, bernilai atau tidak bernilaikah, bermutu seni atau tidak bagian-bagian atau unsur-unsur karya sastra yang diselidiki atau yang dianalisis itu. Baru sesudah itu, dengan pertimbangan-pertimbangan seluruh penilaian terhadap bagian-bagian yang merupakan kesatuan yang erat, dengan menimbang mana yang bernilai dan mana yang tidak atau kurang bernilai, maka kritikus baru menentukan karya tersebut bernilai tinggi, sedang, kurang bernilai, atau tidak bernilai sastra.
Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka rumusan masalah dapat di jabarkan sebagai berikut:
1.       Bagaimana menganalisis naskah drama yang berjudul Pesta Pencuri dengan pendekatan pragmatis?
2.       Apakah teori resepsi sastra dan pendekatan pragmatis saling berhubungan?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk pendekatan pragmatic dalam kajian teori resepsi sastra dalam drama “pesta pencuri ” Tujuan umum  penelitian ada 2 yakni:
1.        Untuk menganalisis naskah drama yang berjudul Pesta Pencuri dengan pendekatan pragmatis.
2.       Teori resepsi sastra dan pendekatan pragmatis saling berhubungan.



Manfaat Penelitian

                Kegiatan penelitian ini dapat memeberikan manfaat baik yang bersifat teoritis maupun praktis.
Secara Teoritis: Manfaat penelitian ini adalah untuk mengembangkan pengetahuan bahasa Indonesia dalam menganalisis drama “ pesta pencuri”
 Secara praktis:
1.       Dapat memberi sumbangan materi pembelajaran bahasa Indonesia bagi guru bahasa Indonesia maupun pengajar
2.       Penelitian ini dapat bermanfaat menjadi perbandingan untuk refrensi bahan yang akan dibahas.
3.       Dapat memeberikan informasi tentang teori resepsi sastra dengan pendekatan pragmatic dalam drama “ pesta pencuri”.
Kajian Pustaka
1.                   Definisi Kritik Sastra
Kritik merupakan salah satu dari cabang ilmu sastra. Kritik sastra menganalisis teks karya sastra itu sendiri. Kritik dapat diterapkan pada semua bentuk karya sastra, baik yang berupa puisi, prosa maupun drama. Kritik adalah karangan yang menguraikan tentang pertimbangan baik atau buruk suatu karya sastra. Kritik biasanya diakhiri dengan kesimpulan analisis . Tujuan kritik bukan hanya menunjukkan keunggulan, kelemahan, kebenaran, dan kesalahan sebuah karya sastra berdasarkan sudut tertentu, tetapi mendorong sastrawan untuk mencapai penciptaan sastra tertinggi dan untuk mengapresiasi karya sastra secara lebih baik. Tugas kritik sastra adalah menganalisis, menafsirkan, dan menilai suatu karya sastra . Kehadiran kritik sastra akan membuat sastra yang dihasilkan berikutnya menjadi lebih baik dan berbobot karena kritik sastra akan menunjukkan kekurangan sekaligus memberikan perbaikan.
2.                   Pendekatan Pragmatis
Pendekatan pragmatis memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca. Dalam kaitannya dengan salah satu teori modern yang paling pesat perkembangannya, yaitu teori resepsi, pendekatan pragmatis dipertentangkan dengan pendekatan ekspresif. Subjek pragmatis dan subjek ekspresif, sebagai pembaca dan pengarang berbagai objek yang sama yaitu karya sastra.
Pendekatan pragmatis dengan demikian memberikan perhatian pada pergeseran dan fungsi-fungsi baru pembaca tersebut. Secara historis Abrams dalam Nyoman (2013:71) pendekatan pragmatis telah ada tahun 14 SM, terkandung dalam Ars Poetica (Horatius). Pada tahap tertentu pendekatan pragmatis memiliki hubungan yang cukup dekat dengan sosiologi, yaitu dalam pembicaraan mengenai masyarakat pembaca. Pendekatan pragmatis memiliki manfaat terhadap fungsi-fungsi karya sastra dalam masyarakat, perkembangan dan penyebarluasannya, sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan. Dengan indikator pembaca dan karya sastra, tujuan pendekatan pragmatis memberikan manfaat terhadap pembaca.
Pendekatan pragmatis mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai kompetensinya. Dengan memertimbangkan indikator karya sastrabdan pembaca, maka masalah-maslah yang dapat dipecahan melalui pendekatan pragmatis, diantaranya berbagai-bagai tanggapan masyarakat tertentu terhadap sebuah karya sastra, baik sebagai pembaca ekslisit maupun implicit, baik dalam kerangka sinkronis maupun diakronis.
Kritik sastra mempunyai beberapa ciri, yaitu sebagai berikut :
a. Memberikan tanggapan terhadap hasil karya.
b.Memberikan pertimbangan baik dan buruk (kelebihan dan kekurangan ) sebuah karya  sastra.
c. Pertimbangan bersifat obyektif.
d. Memaparkan kesan prebadi kritikus terhadap sebuah karya sastra.
e. Memberikan alternatif perbaikan atau penyerpurnaan.
f. Tidak berprasangka.
g. Tidak terpengaruh siapa penulisnya.

3.                   Teori Resepsi Sastra
Resepsi sastra merupakan aliran sastra yang meneliti teks sastra dengan
mempertimbangkan pembaca selaku pemberi sambutan atau tanggapan. Ratna (2008: 165) mengemukakan secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception (Inggris) yang berarti sebagai penerimaan atau penyambutan pembaca. Dalam arti luas resepsi didefinisikan sebagai pengolahan teks cara-cara pemberian makna terhadap karya sehingga dapat memberikan respons terhadapnya. Menurut Pradopo (2007: 218) yang dimaksud resepsi adalah ilmu keindahan yang didasarkan pada tanggapan-tanggapan pembaca terhadap karya sastra.
Teeuw (dalam Pradopo 2007: 207) menegaskan bahwa resepsi termasuk dalam orientasi pragmatik. Karya sastra sangat erat hubungannya dengan pembaca, karena karya sastra ditujukan kepada kepentingan pembaca sebagai menikmat karya sastra. Selain itu, pembaca juga yang menentukan makna dan nilai dari karya sastra, sehingga karya sastra mempunyai nilai karena ada pembaca yang memberikan nilai.
4.                   Pengertian Drama
Drama adalah salah satu jenis karya sastra yang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan karya sastra jenis lain, yaitu unsur pementasan yang mengungkapkan isi cerita secara langsung dan dipertontonkan di depan
umum. Meskipun demikian, ada juga naskah drama yang sifatnya hanya untuk dibaca atau sering disebut closed drama. Berdasarkan ciri-cirinya, drama memiliki sifat penokohan yang mempunyai peranan penting dalam mengungkap cerita di dalamnya. Oleh karena itu setiap tokoh mempunyai sifat-sifat kritis sebagai penyampai amanat dari pengarangnya, misalnya satire, humor, ambiguitas, sarkasme ataupun kritik-kritik sosial lainnya yang tergambar melalui dialog-dialog antartokoh.
Unsur-unsur dalam Drama
Unsur paling pokok dalam sebuah drama ada empat, yaitu lakon (naskah drama atau text play), pemain (aktor atau aktris), tempat (gedung pertunjukan), dan penonton. Unsur lakon memegang peranan penting karena pemain tanpa lakon jelas tidak dapat membuat drama. Begitu pun tempat saja tanpa lakon tidak akan menghasilkan drama. Tetapi, sebaliknya kalau hanya ada lakon saja, maka kita masih bisa mengikuti drama-drama bacaan, misalnya “closed drama.” Lakon drama disusun atas unsur-unsur yang sama dengan novel atau roman, yaitu:
a.                         Tema, merupakan pikiran pokok yang mendasari lakon drama. Pikiran pokok ini dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang menarik.
b.                         Amanat, adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca naskah atau pendengar (dalam hal ini) dan juga penonton drama. Artinya penonton dapat menyimpulkan pesan moral yang telah ia dengar, baca atau saksikan.
c.                          Plot. Lakon drama yang baik selalu mengandung konflik. Sebab, roh drama adalah konflik. Drama memang selalu menggambarkan konflik atau pertentangan. Adanya pertentangan menimbulkan rangkaian peristiwa yang menjadi sebab-akibat dan disebut alur/plot.
Secara rinci perkembangan plot drama ada 6 tahap, yaitu:
a.                   Eksposisi, tahap ini disebut tahap perkenalan, karena penonton mulai diperkenalkan dengan lakon drama.
b.                   Konflik, tahap ini adalah tahap kejadian. Insiden inilah mulai plot drama sebenarnya, karena insiden merupakan konflik yang menjadi dasar sebuah drama
c.                    Komplikasi, konflik-konflik yang semakin berkembang dan semakin banyak, kait-mengkait dan masih menimbulkan tanda tanya.
d.                   Krisis, tahap ini berbagai konflik mencapai puncaknya.
e.                    Resolusi, Pada tahap ini dilakukan penyelesaian konflik.
f.                    Keputusan, tahap terkhir ini semua konflik berakhir dan cerita sebentar lagi selesai.
g.                    Karakter atau perwatakan, yaitu keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam lakon drama.
h.                   Dialog, meupakan perwujudan dari jalan cerita lakon drama. Dialog yang dilakukan harus mendukung karakter tokoh yang dimainkan. Setting, adalah tempat, rung, waktu, suasana terjadinya adegan. Karena semua adegan dimainkan di panggung, panggung harus bisa menggambarkan tempat adegan yang sedang terjadi.
i.                     Bahasa, naskah drama diwujudkan dari bahan dasar bahasa dan penulis drama sebenarnya menggunakan bahasa untuk menuangkan ide dramanya.
j.                    Interpretasi, adalah penafsiran terhadap lakon drama yang dimainkan yang biasanya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat yang diangkat ke atas panggung oleh para seniman.


Hasil Dan Pembahasan
BABAK I.
1.                   TUKANG CANANG: Penduduk Vichy! Kotapraja yang ingin menjaga keselamatan dan keamanan orang-orang sakit dengan ini mengeluarkan peringatan agar diketahui dan untuk keselamatan diri sendiri. Para pengunjung banyak yang mengajukan pengaduan ke balaikota dan ke pos polisi Jalan Pasar. Sebuah kumpulan yang berbahaya, terdiri dari pencopet – (Dia kesulitan mengucapkan kata ini. Pada saat itu PEMAIN KLARINET memberikan musik pengantar. TUKANG CANANG itu mengayunkan tangannya dengan marah ke arah pemusik itu)sebuah kumpulan yang berbahaya terdiri dari pencopet – (lagi-lagi klarinet berbunyi) – saat ini lagi berada di kota kita. Polisi setempat siap dan berjaga-jaga. Anggota kepolisian, baik yang berpakaian preman maupun yang berpakaian seragam seiap untuk melindungi tamu-tamu kita... (Sementara dia bicara, POLISI-POLISI berseliweran antara orang banyak.) Sungguhpun begitu, kami minta supaya para tamu lebih berhati-hati, terlebih-lebih di jalan raya, di taman-taman, dan di tempat-tempat lain yang banyak dikunjungi orang. Persatuan kantor pariwisata telah menjajanjikan hasiah bagi setiap orang yang dapat memberikan petunjuk hingga penjahat-penjahat itu dapat ditangkap. Sebarkan berita ini!”
Analisa :
Dalam sebuah kutipan percakapan ini menunjukkan adanya pendekatan pragmatik yang disampaikan oleh si pembuat karya sastra, baik dari segi isi sastra ataupun pembacanya. Si pembuat karya sastra ini menyampaikan pesan agar semua berhati-hati dimanapun berada dan dalam kondisi apapun, tidak terkecuali dalam keadaan yang paling aman pun semua harus berhati-hati, terutama terhadap bahaya pencurian.
2.                   PETERBONO: (sambil memeriksa barang-barang) Aku kenal arloji ini, punya tukang canang. Terbuat dari tembaga. Nanti kumasukkan kembali ke dalam kantongnya, kasihan dia. Dan dompet ini kalau kauperiksa isinya, kau cuma akan menemui uang 15 sen, tanda terima sebuah bungkusan tercatat, dan kurek api ini – kita sudah punya sebanyak 903 buah, hanya beberapa yang baik. Biasanya kau lebih berhasil, Bung!” 
Analisa :
Dalam kutipan percakapan ini tersirat pesan moral bahwasannya hati manusia sekeras apapun, itu pasti akan mempunyai rasa belas kasihan terhadap sesama. Tidak terkecuali seorang penjahat, karena pada kodratnya manusia itu dikaruniai rasa kasih sayang oleh sang pencipta dan itu tidak akan pernah hilang sampai kapanpun. Sekeras apapun sifat dan watak seseorang, tentu di dalam hatinya tidak dapat menyembunyikan kebohongan.
3.                   “PETERBONO: Beginilah jadinya kalau bekerja tanpa rencana. Tidak ada yang dapat kuharapkan. Jadi pesuruh, itu yang bisa kalian kerjakan. Pesuruh! Kalau tidak karena ibumu menitipkan kalian kepadaku untuk belajar pekerjaan ini, kalian sudah kutendang. Dengar itu? Kutendang! Tanpa gaji seminggu sebagai ganti peringatan. Jangan salah, kalian boleh mengadu pada serikat sekerja, kalau kalian berani. Aku akan jelaskan pada mereka apa yang kalian lakukan padaku, kalian berdua. (pada GUSTAVE) Kau, kau tentu belum dapat apa-apa hari ini.”
Analisa :
Dalam kutipan percakapan ini terlihat jelas memaparkan pesan kepada pembaca bahwasannya setiap kita akan melaksanakan sesuatu baik berupa pekerjaan ataupun yang lainnya, harus ada perencanaan dan pertimbangan yang matang, karena suatu hal pekerjaan yang dilaksanakan tanpa perencanaan kemungkinan besar tidak akan mencapai tujuan dengan baik. Bahkan suatu tindak kejahatan pun pasti harus ada perencanaan yang matang.
4.         PETERBONO: Gustave, dengarkan aku baik-baik. Ibumu telah menitipkan kau padaku. Dan aku telah menerima kau dalam perusahaan sebagai asisten tukang pikat. Kau muda dan kau ingin maju, itu bagus. Aku juga ingin maju waktu aku seumur kau, tapi sabar. Dalam pekerjaan kita, seperti pekerjaan lain, harus mulai dari bawah. Hector ini adalah pemikat profesional yang paling baik yang ku kenal di daerah Montecarlo ini. Ada orang yang dapat berhasil tiga kali dari empat kesempatan, percayalah padaku. Ini cukup memadai. Apa kau mengira bahwa kau yang masih murid dapat memberikan hasil lebih baik dari itu?”
Analisa :
Dalam kutipan ini ada pesan moral yaitu dalam memperoleh tujuan yang baik, penulis berpesan agar tidak senantiasa dengan tergesa-gesa atau grabag grubug. Kita harus sabar dalam memperoleh tujuan yang maksimal.

BABAK II
1.                   “JULIETTE: Sayang sekali aku dulu tidak mempedulikan pelajaran bahasa Spanyol di sekolah, kalau tidak kita bisa berbahasa Spanyol sekarang. Menyenangkan juga.”
Analisa :
Dalam satu kesempatan, pelajaran sekecil dan seringan apapun haruslah kita pelajari dengan sungguh-sungguh. Karena kelak kedepannya kita tidak akan pernah tahu bahwasannya hal kecil yang tidak pernah kita perhatikan, kelak akan menjadi hal besar yang sangat bermanfaat. Itulah pesan moral yang disampaikan oleh pencipta karya sasatra dalam kutipan percakpan ini yang menggambarkan kekecewaan seseorang yang dulunya tidak belajar bahasa Spanyol dan sekarang dia baru sadar akan pentingnya bahasa Spanyol dalam sebuah percakapan.
2.         “JULIETTE: Entahlah, dia agak gila, tapi dia teliti sekali dan kadang-kadang hasilnya sangat mengagumkan. (seorang GADIS KECIL masuk) Oh, ini kawan kecilku.”
Analisa :
Melakukan sesuatu sekecil apapun haruslah dengan teliti. Karena mengesampingkan terhadap hal sekecil apapun dapat berdampak besar terhadap kehidupan. Masalah yang besar biasanya timbul dari kelalaian hal-hal kecil yang sudah menjadi kebiasaan dan tanpa disadari kesalahan yang kecil bisa menjadi menumpuk. Itulah pesan moral yang terkandung dalam kutipan percakapan dalam karya sastra ini.
3.                   “JULIETTE: Don Pedro, katamu kau cinta padaku, tapi selama tiga hari kau sama sekali tidak menaruh perhatian padaku.”
Analisa :
Dalam kutipan percakapan di atas tersirat pesan bahwasannya dalam menjalin suatu hubungan percintaan haruslah adanya perhatian terhadap pasangan. Cinta tidak hanya diukur dari ucapan terhadap seseorang, tetapi harus lebih ke implemantasi yang menunjukkan ke arah yang serius untuk menjalin cinta baik bersifat materiil ataupun immaterial.

BABAK III
JULIETTE: Ya, cium aku.
GUSTAVE: Juliette, iini berarti selamat tinggal pada kesenanganmu.
JULIETTE: Kesenanganmu sudah siap untuk membunuh aku. Cium aku . . .
GUSTAVE: Tapi kau bahagia di sini, Juliette. Kau tidak tahu apa artinya dikejar-kejar rasa takut, kau sudah biasa dengan kemewahan.
JULIETTE: Tapi kita kaya. Lihat ini. Jika kau khawatir, kita tidak usah mencuri dulu selama polisi mencari-cari aku.
GUSTAVE: Pencuri bukanlah orang kaya. Hasil dari barang-barang yang kita jual sedikit sekali.
JULIETTE: Baiklah, kalau begitu kita akan jadi orang miskin. Cium aku ….. (Mereka berciuman) Aku begitu bahagia. Sekarang cepat. (Dia berhenti) Kenapa kau ambil Fragonard kecil itu? Kau gila, sayang, itu barang paling berharga di rumah ini dan enamel-enamel kecil itu. Tempat lilin itu tinggalkan saja. Itu Cuma perunggu imitasi. Kau lihat bagaimana bergunanya aku bagimu. Aku akan jadi pembantu yang berguna sekali, lihat saja nanti. Cium aku . . .
GUSTAVE:  (Memeluknya) Gadis perampok kecilku . . . (Mereka pergi)
Analisa :
Dalam percakapan itu dapat kita lihat bagaimana cinta mampu membutakan Juliette yang merupakan seorang bangsawan sehingga dia rela untuk membantu Gustave untuk mencuri barang-barang berharga dari rumahnya sendiri bahkan Juliette bersedia mengikuti Gustave sebagai pencuri asalkan mereka selalu bersama.


BABAK IV
1.              D.D. TUA: Anjing-anjing gembira ini ke mari dengan tujuan yang sama seperti kita. Jelas! Tapi semuanya mengalir kea rah mereka dan tidak ada yang datang pada kita.
Analisa:
Dalam teks diatas ini bahwa manusia digambarkan dengan perumpamaan seekor binatang yakni seekor anjing, untuk kaum yang mengerti tentang sastra mengetahui bahwa hal ini adalah biasa saja tetapi untuk orang-orang yang belum mengetahui tentang sastra, bahasa yang seperti ini anggap sebagai bahasa perumpamaan yang kasar.
2.              LORD EDGARD: Akhirnya datang juga. Detektif. Bung, kau datang pada saatnya betul. Sebuah perampokan besar baru terjadi. Kami mencurigai beberapa orang penipu yang jadi tamu kami pada saat ini berkat fikiran aneh dari kemenakanku. Silakan tangkap mereka dengan segera, tuan.
Analisa :
Teks ini berceritakan tentang sebuah keluarga yang mereka adalah orang yang baik-baik sehingga dapat dengan mudah memepercayai orang yang baru mereka kenal dalam kehidupan keluarga mereka, tetapi orang tersebut malah mencuri seua barang berharga disaat pemilik rumah sedang enghadiri sebuah pesta, dan di rumah mereka yang ditinggalkan ternyata ada pesta pencuri yang sesungguhnya.

Pendekatan pragmatis dan teori resepsi sastra ini berhungan dikarenakan pendekatan pragmatis ini hanya membahas tentang teks itu sendiri yang dibaca oleh pembaca tanpa ada sangkut pautnya dengan penulis karya sastra itu sendiri, dan teori resepsi sastra ini juga berorientasi pada pembaca teks sastra itu sendiri, pembaca menafsirkan sendiri pesan yang disampaikan secara tersirat dalam teks karya sastra.

A.                  Kritik Terhadap Drama Pesta Pencuri
Dalam drama Pesta pencuri banyak terdapat nilai moral yang terkandung di dalamnya. Ada penjelasan mengenai pentingnya mempersiapkan segala hal mulai dari hal kecil sampai hal yang besar dalam menjalankan sesuatu apapun. Hal ini tentu sangatlah bernilai moral dan soial yang sangat tinggi. Namun pada naskah drama di atas ceritanya mengenai pencurian, jadi para pembaca harus benar-benar memilah untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak nilai positif dan tersirat yang ada dalam naskah drama ini, tetapi dalam ceritanya lebih banyak digunakan ke dalam hal yang negatif. Para pembaca tidak boleh meniru nilai sosial yang positif dalam cerita ini tetapi diimplentasikan ke dalm hal yang negatife dalam kehidupan nyata.

Penutup
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa Kajian merupakan proses, cara, perbuatan mengkaji; penyelidikan; penelaahan. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif berupa bahasa ataupun karya tulis yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya untuk menyampaikan tujuan tertentu, misalnya nilai- nilai atau ajaran kepada pembaca. Kajian sastra adalah proses atau perbuatan mengkaji, menelaah sebuah objek yang bernama sastra. Pendekatan mimetik adalah pendekatan yang mengkaji karya sastra berkaitan dengan realitas atau kenyataan. Pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca, seperti tujuan pendidikan, moral agama atau tujuan yang lainnya. Dari naskah drama di atas sangat banyak terdapat wacana yang mengarah ke pendekatan pragmatik, tetapi banyak yang mengarah ke cerita yang bersifat perbuatan negative (pencurian).
Tentunya pembaca harus lebih mempertebal filter dalam menyaring isi dari pesan tersebut.

Daftar Pustaka
Kutha Ratna, Nyoman. 2013. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.